Minggu, 27 Agustus 2017

Si Pungguk yang Bodoh



Di suatu negeri nan jauh, hiduplah si Pungguk berteman angan yang sungguh mustahil untuk di gapai. Setiap malam yang ia lakukan adalah memandang Bulan, menyapanya penuh rindu ketika Bulan mulai menyabit lalu bercerita panjang lebar ketika purnama tiba. Ya ..  Pungguk mendamba Bulan, sungguh angan yang mustahil. Punggukpun menyadarinya, karenanya tak sekalipun ia berharap dapat meraihnya.

Hari-hari yang ia lalui terasa datar dan membosankan, rutinitas menyapa Bulan tak sekalipun ia lewatkan hingga suatu ketika takdir mempertemukannya dengan bayangan. Bayangan mengenalkan Pungguk pada dunia yang entah itu fana atau justru itu adalah senyata-nyatanya dunia, sudut pandang Pungguk mulai berubah, ia menyadari dunia tak semembosankan persepsinya selama ini. Hari hari Pungguk berlalu penuh dengan warna setelah Bayangan berteman dengannya.

Apakah Pungguk melupakan Bulan dambaannya? Iya, Pungguk lupa pada perasaan mendamba itu. Tapi bukankah itu bagus, untuk apa mendamba sesuatu yang mustahil untuk didapat? Tapi Pungguk tak sepenuhnya melupakan Bulan, lihatlah .. kala purnama Pungguk tetap bercerita panjang lebar kepada Bulan, bercerita tentang betapa ia sekarang bahagia karena dunianya menjadi penuh warna.

Bulan yang menggantung di langit, yang cahayanya dapat mengubah hitam pekatnya langit menjadi  benderang, Bulan yang berjarak sangat jauh dari bumi tempat Pungguk tinggal, tentu tak sekalipun terbersit di hati Pungguk bahwa Bulan akan menyadari keberadaannya.

Pungguk tak tahu bahwa keajaiban itu nyata adanya, dan lihatlah .. ternyata selama ini tak sekalipun Bulan berhenti memperhatikan pungguk, tak pernah sekalipun Bulan tak mendengarkan setiap cerita Pungguk kala purnama, Bulan bahkan mengingat setiap detail kecil mengenai Pungguk, Bulan jatuh hati pada Pungguk. Ajaib bukan, sungguh keajaiban yang lebih ajaib dibanding ajaibnya keajaiban.

Tak tahu pungguk bahwa Bulan mengumpulkan keberanian selama bertahun-tahun untuk mengungkapkan perasaannya kepada Pungguk, untuk mengajaknya bersama tinggal dilangit, untuk bersamanya tinggal diantara gemintang, untuk bersamanya menerangi malam.

Hingga hari itu tiba, hari dimana Pungguk dan Bayangan bersama menjelajah dunia. Bulan menghampiri Pungguk, bertanya dengan penuh penghargaan kepada pungguk, “ maukah kau, hai Pungguk, pergi bersamaku kelangit, tinggal diantara gemintang, serta bersama kita terangi langit malam?”

Kalian tahu apa jawaban Pungguk? bukan ya, tapi justru tidak.

Pungguk sungguh mendamba Bulan, sungguh keajaiban diatas keajaiban bagi Pungguk meski hanya sekedar dapat bertegur sapa dengan Bulan. Kejadian semenakjubkan ini sungguh tak pernah terbayang sebelumnya, meski didalam mimpipun tidak.

Tapi pungguk tak dapat berkata ya setelah Bayangan hadir, Bayangan yang meski Pungguk tahu tak akan selamanya bersamanya, dengan bodohnya Pungguk tetap menginginkan kebersamaan sesaatnya dengan Bayangan.

Bulan tertolak oleh si Pungguk yang bodoh, Bulan memutuskan pergi tak lama setelah tertolak, toh siapa yang tak menginginkan Bulan? Pungguk bahkan tak sepadan dengan Bulan, Bulan bersua dengan Kejora dilangit sana, Kejora adalah salah satu gemintang yang paling terang sinarnya, bersama-sama setiap malam mereka menerangi gelapnya langit. Ah, betapa serasinnya mereka.

Bagaimana dengan Bayangan? Bayangan kembali kepada pemilik sejatinya, mereka akhirnya menyatu menjadi kesatuan yang utuh.

Lalu pungguk?
Pungguk yang bodoh kembali pada kehidupan awal, sendirian.


Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar