Minggu, 04 Desember 2016

M A N T R A

Hari ini aku mengalami hari yang bukan hanya kurang tapi sungguh sebenarnya tidak mengenakkan, tak perlu kuceritakan karena jujur saja itu aib, jika terpaksa untuk bercerita maka kurasa bukan disini tempatnya .. hehehehe

Aku memiliki sebuah kebiasaan yang mungkin juga dilakukan oleh orang lain, namun karena aku belum pernah bertemu satupun orang (secara langsung) yang melakukan hal yang sama maka aku menganggap bahwa ini adalah ritual khusus milikku sendiri.

Setelah selesai makan bakso dan yang tersisa tinggal rasa pedas maka aku akan langsung minum es jeruk, begitulah analogi yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan kebiasaanku yang satu ini.

Ini rahasia ...

Ssssssssssstttttt ...

Aku memiliki ....


M A N T R A




Aku memiliki banyak mantra ajaib yang meski tidak menghilangkan namun dapat memperingan segala beban, entah itu cemas, sedih, takut, sakit, bahkan marah sekalipun

Ya, mantra. Tidak hanya sebuah namun ada banyak mantra untuk digunakan dalam berbagai situasi. Kalian ingin tahu mantra apa saja yang pernah kuucap? Yang baru saja aku bagikan di media sosial misalnya, itu sebuah mantra yang berbunyi “ it’s ok, no problem Anifah, just little bit forget that sometimes people who bring a plate not mean they want to eat”. Aku tak akan menjelaskan mengapa aku menulis itu jadi jangan ada yang menanyakannya !

Fokuslah pada kalimat awal “it’s oke, no problem Anifah”. Mengapa aku mengucapkan mantra seperti itu? Itu adalah sebuah mantra pembela diri, aku membela diriku sendiri dengan berkata bahwa semuanya baik-baik saja, itu bukan masalah, jika aku tidak menyakinkan diriku sendiri bahwa hal buruk yang baru saja aku alami itu bukanlah hal yang perlu aku risaukan maka sudah barang tentu aku akan galau seharian, berpikir kesana kemari, menyalahkan dri sendiri, atau bahkan menyalahkan orang lain.

Kalimat kedua “just little bit forget that sometimes people who bring  a plate not mean they want to eat” ini adalah penjelasan rasional yang kubuat untuk membela orang yang telah tanpa sadar membuatku merasa tertekan. Jika aku tidak melakukannya maka aku pasti akan sangat marah pada orang tersebut, lalu membencinya entah sampai kapan.

Jadi mantraku adalah sebuah kalimat yang aku ucapkan ketika perasaanku memburuk, entah itu memburuk karena diriku sendiri atau mungkin memburuk karena perantara orang lain. Mantraku juga terkadang kuucap ketika aku kehilangan semangat, membutuhkan motivasi, serta membutuhkan kalimat yang sesungguhnya ingin kudengar dari seseorang namun kemudian aku ucapkan sendiri kepada diriku sendiri dengan selalu menyertakan namaku untuk disebut (karena membahagiakan rasanya ketika mendengar namaku disebut)

 “ayo semangat, belajar yang rajin anifaaaaah” seperti itu misalnya. Atau ketika terbangun tengah malam lalu terdengar suara aneh maka aku pasti akan berkata “itu pasti cuma kucing anifaaaah”, atau ketika nilai UTS ku jelek maka aku akan berkata “ it’s ok anifah, namanya juga belajar, ya wajar, berikutnya harus lebih keras lagi belajarnya”, atau ketika aku kesal karena partner kerjaku tak bisa diandalkan “sabar anifaaaaah (sambil ngelus dada), percaya semua bakalan ‘kena’ pada waktunya”, atau ketika hari senin tiba “ tenang anifaaaaah, sehari itu nggak lama ko, masuk kerja jam 7 istirahat jam 10 sholat jam 13 pulang jam 15 kuliah jam 17 mata kuliah kedua jam 19 pulang jam 21, itu cepet anifaaaah, bukan seribu tahun ko”, atau ketika aku membenci seseorang maka aku akan berkkata “dia pasti punya alasan melakukannya, dan jika kau tahu alasannya kau akan memakluminya”, atau ketika aku merasa ingin membalas dendam “jangan anifaaaaah, kamu tahu kan gimana sakitnya, kamu tega orang lain ngerasain hal yang sama?”. Dan masih ada banyak lagi, 

Satu lagi, mantra terdahsyat adalah ketika kau menyertakan Allah didalamnya. Maka mantramu menjelmalah menjadi doa kala itu kamu lakukan.

Intinya mantraku adalah kalimat-kalimat yang kuucapkan supaya aku tetap berpikiran positif, tetap tegar dan tidak sedih berlebihan, tetap tersenyum dan tidak terlalu lama murung.

Jadi ada yang ingin ikut membuat mantra? Atau sudah punya satu untuk meringankan bebanmu hari ini? Apa mantramu?


Jumat, 02 Desember 2016

Kejahatan, Penyebabnya ?

Mengapa didunia ini ada begitu banyak kejahatan?

Jika dipandang dari perspektif psikologis khususnya menurut kacamata para Adlerian maka jawabannya adalah bahwa pada dasarnya setiap manusia pasti memiliki inferioritas (kelemahan) yang menyebabkan munculnya daya juang untuk mencapai superioritas (keunggulan yang ingin dicapai). Berbagai bentuk superioritas yang ingin dicapai oleh seseorang dibentuk oleh adanya fiksi, yakni gambaran subjektif kita tentang sesuatu.

Contohnya gambaran subjektif si A tentang ‘Ibu’, A memiliki fiksi bahwa seorang ibu adalah ia yang memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk anak-anak supaya kelak dimasa depan mereka bisa bermanfaat untuk orang lain. Fiksi si A ini akan mengarahkan daya juang yang ia lakukan, bahkan mengarahkan perilaku si A dalam kehidupan sehari-hari. Karena fiksi si A tersebut maka si A berjuang untuk menjadi seorang wanita yang cerdas supaya ia dapat mendidik anak-anaknya dengan baik kelak dimasa depan, caranya dengan belajar sungguh-sungguh ketika kuliah dan tak lupa membekali diri dengan ilmu agama yang kelak harus diajarkan sebagai pondasi dasar kehidupan, serta berbagai hal positif lain sehingga dengan demikian si A berharap bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu kelak.

Sampai disini kita tahu bahwa fiksi kita tentang sesuatu itu penting, sangat penting. Ambil contoh ketika kita memiliki fiksi yang keliru mengenai ‘Ibu’, bahwa seorang ibu artinya adalah perempuan yang sehari-hari kerjanya hanya di dapur sumur kasur sehingga tidak perlu berpendidikan, tidak perlu memiliki banyak ilmu. Ini membahayakan,  bagaimana bisa bangsa ini akan memiliki generasi penerus yang cemerlang jika pendidik utamanya saja tidak berpendidikan? Tidak memiliki bekal pengetahuan agama bahkan yang dasar untuk ditanamkan pada diri anak-anak mereka?

Jadi fiksi adalah pandangan subjektif kita tentang sesuatu yang mengarahkan sikap dan perilaku kita akan sesuatu tersebut.


Kembali ke pertanyaan awal, mengapa didunia ini ada begitu banyak kejahatan? Jika dikaitkan dengan teori Adler maka menurut saya jawabannya adalah karena banyak dari manusia yang melakukan kejahatan itu memiliki fiksi yang keliru.